Selasa, 25 Maret 2008

Meranti Jawa dari Pulau Penjara

SIAPA yang tidak mengenal Nusakambangan? Pulau ini dikenal karena banyak narapidana kelas kakap dipenjara di sana dan gencar diberitakan media massa. Namun tidak banyak orang yang tahu, bahwa pulau ini memiliki pemandangan alam yang eksotis serta kekayaan flora dan fauna yang tinggi.
 
Salah satunya meranti jawa (Dipterocarpus littoralis Bl.). Masyarakat setempat menyebutnya pelalar, yang termasuk tanaman langka. Menurut IUCN (International Union for Concervation of Nature), lembaga internasional yang mengurusi konservasi alam, pelalar merupakan tumbuhan endemik Nusakambangan. Artinya hanya ada di pulau ini dan tidak ditemukan di tempat lain. Ia tumbuh di beberapa cagar alam dan hutan sekitar penjara.
Meranti jawa memiliki batang yang tinggi dan lurus, tidak banyak cabang, sehingga sangat baik digunakan sebagai kayu perkakas, bahan bangunan, mebel, vinir kayu lapis, dan bahan baku kapal. Kekuatannya hampir setara dengan kayu jati (Tectona grandis).

Bahan Kapal

Keunggulan-keunggulan inilah yang justru membuat keberadaan pelalar terancam. Masyarakat di pesisir Cilacap dan Pangandaran yang berprofesi sebagai nelayan sering mengambilnya untuk pembuatan perahu/kapal. Selain kuat, kayu pelalar mudah dibentuk, awet, dan tahan terhadap hantaman ombak.

Sayangnya, pemanfaatan pelalar di Nusakambangan tidak dibarengi dengan upaya pelestarian yang memadai, sehingga tanaman ini terancam punah. Pencurian kayu pelalar tetap berlangsung, meski tanaman tumbuh di lokasi-lokasi yang dilindungi dan dekat penjara.

Minimnya pengawasan terhadap penebangan liar di Nusakambangan menyebabkan pelalar makin sulit ditemukan. Penelitian terakhir menyebutkan, di Cagar Alam Nusa-kambangan Barat hanya ditemukan enam pohon pelalar berukuran besar. Sisanya masih anakan. Selain itu, ditemukan tonggak-tonggak sisa tebangan yang menunjukkan pelalar merupakan komoditas yang diburu banyak orang.

Bila kondisi ini terus berlangsung, pelalar akan punah dan kita kehilangan lagi salah satu kekayaan alam. Oleh karena itu, budi daya pelalar mutlak diperlukan. Bukan hanya untuk menghindari kepunahan, melainkan perlu dikembangkan untuk kepentingan komersial.

Melihat berbagai kelebihannya, pelalar mempunyai prospek pasar yang cerah dan bernilai ekonomi tinggi, terutama sebagai bahan dasar perahu. Bila jumlahnya banyak, pelalar bisa menjadi komoditi unggulan seperti kayu jati.
 
Budi daya bisa juga dikembangkan di luar Nusakambangan. Tentu dengan memperhatikan tempat tumbuh yang sesuai dengan habitat asli dan faktor-faktor yang pendukung kehidupannya. Salah satunya, keberadaan mikoriza yang berasosiasi dengan akar-akar dipterocarpus (Jullich, 1988). Mikoriza merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara jamur tertentu dan akar tanaman, sehingga penyerapan hara menjadi lebih efisien.

Kondisi-kondisi pendukung itu bisa diciptakan di lain tempat. Namun, lebih efisien dan efektif jika tanaman tersebut dikembangkan di Nusakambangan. Selain bisa menekan ongkos produksi, penanaman pelalar dengan manajemen lestari dapat membantu perbaikan ekosistem Nusakambangan.
 
dimuat di Suara Merdeka tanggal 24 Maret 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar